Sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, IQ atau Intelegencial Quoetion dijadikan tolak ukur kesuksesan. Akademis
dijadikan standard untuk menilai cerdas tidaknya seseorang. Sehingga muncul
paradigma yang keliru dimana ukuran akademis dan IQ ditempatkan menjadi
kecerdasan. Padahal, IQ adalah bagian kecil dari kecerdasan itu sendiri.
Dewasa ini, pengertian tentang
kecerdasan menjadi bermacam-macam. Para ahli membagi-bagi kecerdasan seperti
cerdas musical, kinestetis, matematis, intrapersonal, interpersonal dll.
Kemudian muncul bentuk kecerdasan baru yaitu EQ ( Emotional Qouetion ) dan SQ ( Spiritual
Quoetion ). EQ adalah kemampuan seseorang untuk berlaku secara cerdas
menggunakan emosi dan perasaannya dalam memberikan respon terhadap suatu
masalah sementara SQ adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan suatu
kejadian atau subjek dengan area yang lebih luas, seseorang yang memiliki SQ
tinggi mampu melihat sesuatu menjadi lebih bermakna dan mengambil value yang
penting untuk perkembangan lebih lanjut.( Tips
Cerdas Emosi dan Spiritual Islami,
Purnomo Singgit ) Sehingga SQ digadang-gadang menjadi kecerdasan tertinggi
mengingat fungsinya yang mampu memfungsikan kedua kecerdasan yang lain yaitu IQ
dan EQ.
Dengan demikian, tidaklah bijak
kiranya kita menempatkan dan mendewakan IQ sebagai satu-satunya kecerdasan
dalam diri manusia. Tidaklah bijak kita mengambil IQ menjadi satu-satunya
kecerdasan yang dikembangkan. Penelitian membuktikan IQ hanya menentukan 20 %
keberhasilan atau kesuksesan seseorang 80 % sisanya ditentukan oleh EQ. Bahkan
hanya 10 % dari IQ dan 90 % EQ dan SQ-lah yang menentukan kesuksesan seseorang.
Kecerdasan emosi mampu membuat seseorang menjadi tangguh dalam menghadapi
tantangan hidup.
Telah banyak kasus yang mengemuka di
negeri ini oleh karena ulah pihak-pihak yang disebut kaum Intelek yang
menggunakan IQ-nya sebagai lahan untuk memperkaya diri dengan korup, dan
manipulasi data yang merugikan negara. Disinilah pentingnya kecerdasan emosi
dan spiritual yang menjadi kendali terhadap masing-masing pribadi. Namun, perlu
diingat pula bahwa ketiga bentuk kecerdasan ini harus seimbang. Janganlah memilih
menjadi pandai dengan mendewakan IQ namun jadilah bijaksana dengan menggunakan
ketiga bentuk kecerdasan yang ada. Seseorang yang pandai belum tentu bijak.
Namun seseorang yang bijak mampu menggunakan kepandaiannya serta mampu
memandang sesuatu dari segala aspek yang memungkinkan untuk diadakan perubahan
kearah maju. Menurut penelitian yang lain dikatakan bahwa kecerdasan emosipun
tidak bisa muncul dalam ketiadaan intelektual.
Perlu digarisbawahi bahwasanya IQ
bukanlah intelektual itu sendiri. Seseorang yang memiliki intelektual yang
tinggi akan terus berusaha mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritualnya.
Intelektual adalah mampu menyeimbangkan IQ, EQ, dan SQ dalam dirinya sehingga
terjadi senergi yang berkesinambungan.Untuk menjadi bijak seseorang tidak bisa
memilih IQ, EQ, ataupun SQ melainkan ketiga-tiganya. Dengan begitu,
manusia-manusia bijak akan banyak bermunculan.( D.O.E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar