Rabu, 09 Mei 2012

IQ, EQ, SQ… PILIH YANG MANA?

Sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, IQ atau Intelegencial Quoetion dijadikan tolak ukur kesuksesan. Akademis dijadikan standard untuk menilai cerdas tidaknya seseorang. Sehingga muncul paradigma yang keliru dimana ukuran akademis dan IQ ditempatkan menjadi kecerdasan. Padahal, IQ adalah bagian kecil dari kecerdasan itu sendiri.
            Dewasa ini, pengertian tentang kecerdasan menjadi bermacam-macam. Para ahli membagi-bagi kecerdasan seperti cerdas musical, kinestetis, matematis, intrapersonal, interpersonal dll. Kemudian muncul bentuk kecerdasan baru yaitu EQ ( Emotional Qouetion ) dan SQ ( Spiritual Quoetion ). EQ adalah kemampuan seseorang untuk berlaku secara cerdas menggunakan emosi dan perasaannya dalam memberikan respon terhadap suatu masalah sementara SQ adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan suatu kejadian atau subjek dengan area yang lebih luas, seseorang yang memiliki SQ tinggi mampu melihat sesuatu menjadi lebih bermakna dan mengambil value yang penting untuk perkembangan lebih lanjut.( Tips Cerdas Emosi dan Spiritual Islami, Purnomo Singgit ) Sehingga SQ digadang-gadang menjadi kecerdasan tertinggi mengingat fungsinya yang mampu memfungsikan kedua kecerdasan yang lain yaitu IQ dan EQ.
            Dengan demikian, tidaklah bijak kiranya kita menempatkan dan mendewakan IQ sebagai satu-satunya kecerdasan dalam diri manusia. Tidaklah bijak kita mengambil IQ menjadi satu-satunya kecerdasan yang dikembangkan. Penelitian membuktikan IQ hanya menentukan 20 % keberhasilan atau kesuksesan seseorang 80 % sisanya ditentukan oleh EQ. Bahkan hanya 10 % dari IQ dan 90 % EQ dan SQ-lah yang menentukan kesuksesan seseorang. Kecerdasan emosi mampu membuat seseorang menjadi tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.
            Telah banyak kasus yang mengemuka di negeri ini oleh karena ulah pihak-pihak yang disebut kaum Intelek yang menggunakan IQ-nya sebagai lahan untuk memperkaya diri dengan korup, dan manipulasi data yang merugikan negara. Disinilah pentingnya kecerdasan emosi dan spiritual yang menjadi kendali terhadap masing-masing pribadi. Namun, perlu diingat pula bahwa ketiga bentuk kecerdasan ini harus seimbang. Janganlah memilih menjadi pandai dengan mendewakan IQ namun jadilah bijaksana dengan menggunakan ketiga bentuk kecerdasan yang ada. Seseorang yang pandai belum tentu bijak. Namun seseorang yang bijak mampu menggunakan kepandaiannya serta mampu memandang sesuatu dari segala aspek yang memungkinkan untuk diadakan perubahan kearah maju. Menurut penelitian yang lain dikatakan bahwa kecerdasan emosipun tidak bisa muncul dalam ketiadaan intelektual.
            Perlu digarisbawahi bahwasanya IQ bukanlah intelektual itu sendiri. Seseorang yang memiliki intelektual yang tinggi akan terus berusaha mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritualnya. Intelektual adalah mampu menyeimbangkan IQ, EQ, dan SQ dalam dirinya sehingga terjadi senergi yang berkesinambungan.Untuk menjadi bijak seseorang tidak bisa memilih IQ, EQ, ataupun SQ melainkan ketiga-tiganya. Dengan begitu, manusia-manusia bijak akan banyak bermunculan.( D.O.E)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar